Minggu, 18 Oktober 2009

Lingkungan Pengendapan Delta dan Batubara

Batubara merupakan hasil dari akumulasi tumbuh-tumbuhan pada kondisi lingkungan pengendapan tertentu. Akumulasi tersebut telah dikenai pengaruh-pengaruh synsedimentary dan post-sedimentary. Akibat pengaruh-pengaruh tersebut dihasilkanlah batubara dengan tingkat (rank) dan kerumitan struktur yang bervariasi.

Lingkungan pengendapan batubara dapat mengontrol penyebaran lateral, ketebalan, komposisi, dan kualitas batubara. Untuk pembentukan suatu endapan yag berarti diperlukan suatu susunan pengendapan dimana terjadi produktifitas organik tinggi dan penimbunan secara perlahan-lahan namun terus menerus terjadi dalam kondisi reduksi tinggi dimana terdapat sirukulasi air yang cepat sehingga oksigen tidak ada dan zat organik dapat terawetkan. Kondisi demikian dapat terjadi diantaranya di lingkungan paralik (pantai) dan limnik (rawa-rawa).
Menurut Diessel (1984, op cit Susilawati ,1992) lebih dari 90% batubara di dunia terbentuk di lingkungan paralik yaitu rawa-rawa yang berdekatan dengan pantai. Daerah seperti ini dapat dijumpai di dataran pantai, lagunal, deltaik, atau juga fluviatil.

Diessel (1992) mengemukakan terdapat 6 lingkungan pengendapan utama pembentuk batubara yaitu gravelly braid plain, sandy braid plain, alluvial valley and upper delta plain, lower delta plain, backbarrier strand plain, dan estuary. Tiap lingkungan pengendapan mempunyai asosiasi dan menghasilkan karakter batubara yang berbeda.

Batubara adalah batuan yang mudah terbakar yang mengandung > 50% berat dan > 70% volume material karbon, terbentuk dari proses penggambutan dan pembatubaraan material organik pada berbagai lingkungan pengendapan. Batubara dapat terbentuk di berbagai lingkungan pengendapan, salah satunya adalah delta. Batubara yang terbentuk pada lingkungan delta memiliki karakteristik yang berbeda dengan batubara yang terbentuk pada lingkungan yang lain.
Batubara yang terbentuk pada lingkungan delta umumnya dijumpai pada delta plain. Lingkungan delta plain sendiri dibagi menjadi: lower delta plain, transitional lower delta plain dan upper delta plain. Batubara yang terbentuk pada sub lingkungan delta plain tersebut akan memiliki karakteristik/sifat fisik, sifat kimia, ketebalan dan penyebaran lapisan batubara tertentu dan berlainan satu sama lainnya.

Batubara pada lower delta plain merupakan bright coal, memiliki kandungan
abu dan sulfur rendah, nilai kalori tinggi dan ketebalan yang relatif tipis dengan penyebaran yang relatif luas. Batubara pada upper delta plain merupakan bright
coal, memiliki kandungan abu tinggi, kandungan sulfur rendah, nilai kalori tinggi dan penyebarannya bersifat diskontinyu atau lentikuler dengan ketebalan mencapai 10 m.
Batubara yang terbentuk pada lingkungan transitional lower delta plain lebih tebal dari kedua lingkungan yang lain dan mempunyai penyebaran yang luas, menerus dan memiliki kandungan sulfur yang rendah.

Delta merupakan sebuah lingkungan
pengendapan yang pembentukannya dipengaruhi tiga parameter, yaitu : suplai sedimen,
energi gelombang dan pasang surut. Dalam pengendapannya delta membutuhkan suatu
ruang akomodasi yang dipengaruhi oleh Relative sea level (RSL), dimana kedua hal ini
dipengaruhi oleh tektonik dan eustacy. Oleh karena itu, studi stratigrafi sikuen pada sistem
delta merupakan suatu model yang ideal dalam memberikan pemahaman dan pembelajaran
bagaimana suatu rekaman stratigrafi dijelaskan dengan konsep stratigrafi ini, melalui
pembagian sikuen, parasikuen set, parasikuen dan system tract-nya
Konsep stratigrafi sikuen akan dapat menjelaskan bagaimana stacking pattern dari
suatu endapan delta. Setiap delta akan mengalami siklus akibat adanya perubahan muka air
laut, oleh tektonik dan atau eustacy. Siklus delta dapat dibagi menjadi allocyclic processes
dan autocyclic processes. Allocyclic disebabkan oleh faktor luar, misalnya eustacy, tektonik,
iklim dan sebagainya. Siklus ini merupakan siklus transgresi-regresi akibat perubahan RSL.
Autocyclic disebabkan oleh faktor yang berasal dari faktor dalam cekungan, meliputi lobe
switching dan river avulsion.

Delta pada saat early highstand system tract, dicirikan dengan lobe switching yang
sering dengan tipe delta yang terbentuk adalah lobate delta. Selama muka air laut tetap atau
mulai turun, elongate delta akan terbentuk akibat progradasi ke arah laut yang lebih dalam
(mid atau lower shelf) dan terutama untuk sedimen yang berbutir halus. Kecepatan
sedimentasi yang sebanding dengan penurunan muka air laut akan mengurangi terjadinya
lobe switching, sehingga bentuk elongate akan terus berkembang. Delta yang terbentuk
pada saat lowstand system tract umumnya akan menoreh permukaan topografi akibat
turunnya muka air laut dan morfologinya dikontrol oleh topografi di bawahnya. Lowstand
delta umumnya akan berprogradasi ke arah deep water. Menghasilkan delta jenis coarsedgrain
delta (fan-delta). Wave dan storm umumnya lebih terkonsentrasi pada shelf edge yang
menghasilkan wave-dominated delta. Selama transgressive system tract, umumnya
pengendapan delta akan berkurang, karena material sedimen terakumulasi secara agradasi
pada floodplain. Pada saat pengendapan delta aktif berlangsung, pengaruh fluvial akan
minimal dan wave- dan tide-dominated delta akan dominan. Luapan sungai pada saat
transgresi membentuk estuarines, dimana tidal range dapat mencapai lingkungan ini. Pada
estuarines ini akan terbentuk endapan pasir yang paralel terhadap arah estuarines.
 
Konsep stratigrafi sikuen ini sangat sesuai untuk diterapkan pada sistem delta,
karena delta sendiri merupakan lingkungan pengendapan di daerah transisi dimana sangat
sensitif terhadap perubahan muka air laut. Delta merupakan sebuah lingkungan
pengendapan yang pembentukannya dipengaruhi tiga parameter, yaitu : suplai sedimen,
energi gelombang dan pasang surut. Dalam pengendapannya delta membutuhkan suatu
ruang akomodasi yang dipengaruhi oleh Relative sea level (RSL), dimana kedua hal ini
dipengaruhi oleh tektonik dan eustacy. Oleh karena itu, studi stratigrafi sikuen pada sistem
delta merupakan suatu model yang ideal dalam memberikan pemahaman dan pembelajaran
bagaimana suatu rekaman stratigrafi dijelaskan dengan konsep stratigrafi ini, melalui
pembagian sikuen, parasikuen set, parasikuen dan system tract-nya

Konsep stratigrafi sikuen akan dapat menjelaskan bagaimana stacking pattern dari
suatu endapan delta. Setiap delta akan mengalami siklus akibat adanya perubahan muka air
laut, oleh tektonik dan atau eustacy. Siklus delta dapat dibagi menjadi allocyclic processes
dan autocyclic processes. Allocyclic disebabkan oleh faktor luar, misalnya eustacy, tektonik,
iklim dan sebagainya. Siklus ini merupakan siklus transgresi-regresi akibat perubahan RSL.
Autocyclic disebabkan oleh faktor yang berasal dari faktor dalam cekungan, meliputi lobe
switching dan river avulsion.
Delta pada saat early highstand system tract, dicirikan dengan lobe switching yang
sering dengan tipe delta yang terbentuk adalah lobate delta. Selama muka air laut tetap atau
mulai turun, elongate delta akan terbentuk akibat progradasi ke arah laut yang lebih dalam
(mid atau lower shelf) dan terutama untuk sedimen yang berbutir halus. Kecepatan
sedimentasi yang sebanding dengan penurunan muka air laut akan mengurangi terjadinya
lobe switching, sehingga bentuk elongate akan terus berkembang. Delta yang terbentuk
pada saat lowstand system tract umumnya akan menoreh permukaan topografi akibat
turunnya muka air laut dan morfologinya dikontrol oleh topografi di bawahnya. Lowstand
delta umumnya akan berprogradasi ke arah deep water. Menghasilkan delta jenis coarsedgrain
delta (fan-delta). Wave dan storm umumnya lebih terkonsentrasi pada shelf edge yang
menghasilkan wave-dominated delta. Selama transgressive system tract, umumnya
pengendapan delta akan berkurang, karena material sedimen terakumulasi secara agradasi
pada floodplain. Pada saat pengendapan delta aktif berlangsung, pengaruh fluvial akan
minimal dan wave- dan tide-dominated delta akan dominan. Luapan sungai pada saat
transgresi membentuk estuarines, dimana tidal range dapat mencapai lingkungan ini. Pada
estuarines ini akan terbentuk endapan pasir yang paralel terhadap arah estuarines.
 
 

1 Comments:

Norkholis on 3 April 2012 pukul 19.15 mengatakan...

bolehkah saya minta alamat referensi buku yang digunakan untuk artikel ini,,,
karena saya juga tertarik dengan artikel ini.

Posting Komentar

 

About Me

Foto saya
Perkenalkan saya adalah Mahasiswa disalah satu Universitas swasta yang berada di Yogyakarta. Saya senang menulis di blog yg saya kelola sekarang, blog saya masih banyak kekurangannya, jadi harap maklum.Karena saya juga masih belajar-belajar juga. Saya juga senang dengan hal-hal yang menantang andrenalin dan hal-hal yang baru. saya adalah manusia yang simple..Simple is my life...hahaha..

My Blog List

Term of Use